Apa maksud “KAMI” dalam Al-Qur’an?
Dalam bahasa Arab, penggunaan kata “Kami” dalam konteks Allah SWT disebut sebagai plural of majesty atau jamak keagungan (jama’ al-ta’zhīm).
Artinya:
Kata “Kami” digunakan bukan untuk menunjukkan jumlah yang lebih dari satu, tetapi untuk menunjukkan keagungan, kekuasaan, dan kemuliaan Allah SWT.
Dalam berbagai bahasa formal (termasuk Arab, Ibrani, dan bahkan Inggris kuno), raja atau penguasa kadang menggunakan bentuk jamak untuk menyebut diri mereka, misalnya:
“Kami Raja Inggris menyatakan…”
Maksudnya satu orang, tapi memakai “kami” sebagai bentuk wibawa.
Allah itu Maha Esa, bukan banyak:
QS. Al-Ikhlas: 1-4
“Katakanlah (Muhammad): Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
QS. Al-Baqarah: 163
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Contoh ayat yang menggunakan kata “Kami” untuk Allah:
- 📖 QS. Al-Hijr: 9
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
- QS. An-Nahl: 10
“Dialah (Kami) yang menurunkan air dari langit untuk kamu, daripadanya kamu minum…”
- QS. Ya-Sin: 77–80
”…dan Kami ciptakan dia dari air mani… Kami jadikan dari kayu hijau api…”
Semua ini adalah bentuk jamak keagungan, bukan menunjukkan bahwa Tuhan itu banyak.
Hadits dan Penafsiran Ulama:
- 📚 Imam Al-Qurthubi (Tafsir al-Qurthubi):
“Kata ‘Kami’ dalam Al-Qur’an digunakan untuk menunjukkan keagungan dan kebesaran Allah. Bukan berarti Allah itu lebih dari satu, karena tauhid menafikan hal tersebut.”
- 📚 Imam Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir):
“Penggunaan ‘Kami’ adalah gaya bahasa Arab untuk menunjukkan kebesaran. Jika Allah menggunakan ‘Aku’, itu menunjukkan kedekatan dan kasih sayang-Nya, sedangkan ‘Kami’ menunjukkan kekuasaan-Nya.”
- 📚 HR. Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.”
(Hadits ini menjadi dasar akidah tauhid yang tidak bisa diganggu gugat.)
Analogi Sederhana:
Bayangkan seorang presiden berkata:
“Kami telah memutuskan untuk membangun jembatan.”
Padahal hanya satu presiden, namun “kami” adalah gaya bahasa resmi atau wibawa, yang tidak menunjukkan banyak orang, melainkan posisi dan otoritas.
Kesimpulan:
• “Kami” dalam Al-Qur’an tidak berarti Allah itu banyak.
• “Kami” adalah bahasa keagungan, menunjukkan keagungan dan kemuliaan Allah.
• Aqidah Islam sangat jelas: Allah itu satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang setara dengan-Nya.