
Saya Jawab Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
1. Makna Syahadat dalam Islam
Syahadat (persaksian) adalah pengakuan berdasarkan ilmu dan keyakinan, bukan karena pernah “melihat” secara fisik, melainkan keyakinan akan kebenaran berdasarkan hujjah (dalil), akal, dan wahyu.
QS. Muhammad: 19
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu…”
Lihat bahwa Allah memerintahkan untuk mengetahui terlebih dahulu (fa’lam) sebelum bersyahadat.
2. Bersyahadat adalah kesaksian dengan hati dan ilmu, bukan syarat melihat langsung
QS. Al-Baqarah: 3
“(Orang yang bertakwa) adalah mereka yang beriman kepada yang ghaib…”
Iman tidak memerlukan melihat secara fisik, tetapi meyakini kebenaran melalui dalil dan wahyu.
3. Rasulullah ﷺ memuji orang yang beriman tanpa melihatnya
Hadits Shahih (HR. Ahmad 20508, Ibnu Hibban 207)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh, beruntunglah orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Tapi lebih beruntung lagi orang-orang yang tidak melihatku, namun mereka beriman kepadaku.”
Artinya, beriman tanpa menyaksikan langsung bukanlah kelemahan, justru dipuji sebagai bentuk keimanan sejati.
4. Syahadat adalah fondasi Islam yang Allah tetapkan
QS. Ali Imran: 18
“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, begitu pula para malaikat dan orang-orang berilmu, (semuanya) menegakkan keadilan…”
Allah, malaikat, dan ulama semua “menyaksikan” (asyhadu) kebenaran tauhid, meski tidak melihat Allah dengan mata kepala.
5. Menuduh syahadat sebagai kebohongan adalah tuduhan terhadap seluruh Nabi dan orang beriman
Semua nabi — termasuk Nabi Isa, Musa, Ibrahim — menyeru kepada tauhid, dan semua pengikutnya beriman kepada Tuhan tanpa pernah melihat secara langsung, tapi dengan akal dan wahyu.
Jadi?
Menuduh syahadat sebagai “kesaksian palsu” menunjukkan ketidakpahaman tentang hakikat iman dan ilmu dalam Islam.
Syahadat bukanlah ucapan kosong, tapi pernyataan keimanan berdasarkan ilmu, keyakinan, dan hidayah Allah.