Saya Jawab:
- Allah Itu Maha Esa dan Tidak Beranak atau Diperanakkan
Q.S. Al-Ikhlas (112:1–4):
“Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.’”
Islam menegaskan keesaan Allah secara mutlak. Tidak seperti dalam doktrin Trinitas atau konsep antropomorfisme dalam beberapa agama lain, Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dan tidak berbicara seperti manusia.
- Allah Maha Mendengar dan Maha Berbicara, Tanpa Harus Seperti Manusia
Q.S. Asy-Syura (42:51):
“Dan tidaklah mungkin bagi seorang manusia bahwa Allah berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu, atau dari balik tabir, atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
Ini menegaskan bahwa cara Allah berkomunikasi tidak harus melalui suara fisik seperti manusia. Allah berbicara dengan para nabi-Nya melalui wahyu, mimpi, malaikat, atau dari balik hijab (tabir), seperti yang terjadi pada Nabi Musa ’alaihis salam.
- Allah Pernah Berbicara Langsung Kepada Nabi Musa AS
Q.S. An-Nisa (4:164):
“Dan (Kami telah berbicara) kepada Musa secara langsung.”
Ini menunjukkan bahwa Allah bisa berbicara secara langsung kepada manusia, tetapi bukan dengan suara seperti makhluk, melainkan dengan cara yang layak bagi-Nya.
- Allah Tidak Butuh Perantara untuk Mendengar atau Mengetahui
Q.S. Qaaf (50:16):
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Allah tidak butuh hadir dalam bentuk fisik atau menyebar dalam tubuh manusia untuk dekat dengan manusia. Kedekatan Allah bersifat pengetahuan dan pengawasan, bukan keberadaan fisik.
- Allah Menciptakan dengan Kalimat “Kun Fayakun”
Q.S. Yasin (36:82):
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka jadilah ia.”
Kalimat “Kun Fayakun” (Jadilah, maka terjadilah) bukan suara fisik, tetapi adalah perintah dan kehendak Allah yang menunjukkan kekuasaan-Nya yang absolut.
- Hadits Tentang Allah Berbicara
HR. Muslim no. 2751 (dari Abu Hurairah):
“Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat, satu rahmat diturunkan di dunia… dan 99 sisanya disimpan untuk hari kiamat. Lalu Allah berfirman…”
Ini menegaskan bahwa Allah memang berbicara, tapi cara berbicara-Nya tidak bisa disamakan dengan makhluk.
- Bukti dari Kitab Sebelumnya (Taurat & Injil)
Dalam Keluaran 33:20, Tuhan berfirman kepada Musa:
“Engkau tidak dapat melihat wajah-Ku, sebab tidak ada manusia yang dapat melihat Aku dan tetap hidup.”
Ini sejalan dengan Islam bahwa Allah tidak dapat dilihat di dunia dan tidak disamakan dengan makhluk, meski tetap berkomunikasi dengan para nabi.
Jadi?
Konsep Allah dalam Islam bukan lemah, bukan bisu, tapi Maha Kuasa, berbicara, mengatur, dan berkehendak sesuai kehendak-Nya. Hanya saja bentuk komunikasi-Nya tidak sama dengan manusia karena “Laisa kamitslihi syai’un” (Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya) – (Q.S. Asy-Syura: 11).