
Perkembangan Janin dalam Rahim: Bukti Kebesaran Allah dalam Al-Qur’an, Hadis, dan Ilmu Pengetahuan
Pendahuluan
Di dalam rahim seorang ibu, janin berkembang dari setetes air mani menjadi manusia yang sempurna. Proses ini tidak hanya menunjukkan kebesaran Allah SWT sebagai Sang Pencipta, tetapi juga menjadi salah satu tanda kekuasaan-Nya yang telah dijelaskan secara gamblang dalam Al-Qur’an dan hadis lebih dari 1400 tahun yang lalu, jauh sebelum sains modern mengungkapnya.
1. Proses Penciptaan Janin dalam Al-Qur’an
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
(QS. Al-Mu’minun: 12–14)
Ayat ini menggambarkan tahap-tahap:
Nuthfah (air mani), ‘Alaqah (segumpal darah yang melekat), Mudghah (segumpal daging), Tulang dan pembungkusnya (otot/daging), Dan akhirnya menjadi makhluk yang sempurna.
2. Penjelasan dalam Hadis Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (air mani), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu juga, kemudian menjadi mudghah (segumpal daging) selama itu juga. Lalu diutuslah malaikat meniupkan ruh padanya…”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mendukung keterangan Al-Qur’an dan menunjukkan bahwa perkembangan janin berlangsung secara bertahap selama periode 40 hari di setiap fasenya, hingga akhirnya ditiupkan ruh oleh malaikat.
3. Bukti Ilmiah yang Mendukung
Ilmu embriologi modern telah membuktikan bahwa perkembangan janin memang terjadi dalam tahapan yang sangat mirip dengan deskripsi Al-Qur’an dan Hadis:
Nuthfah: Air mani yang membawa sperma sebagai awal pembuahan. ‘Alaqah: Zigot yang menempel di dinding rahim, terlihat seperti lintah kecil (karena bentuk dan cara melekatnya). Mudghah: Janin membentuk jaringan yang menyerupai ‘segumpal daging’ yang mulai mengalami segmentasi. Tulang dan otot: Tulang terbentuk dan kemudian dilapisi otot (myogenesis). Makhluqan akhar: Janin memasuki tahap berbeda secara biologis dan spiritual — termasuk pembentukan organ dan pemberian ruh.
Sumber ilmiah:
Keith L. Moore, pakar embriologi dari Kanada, menyatakan bahwa deskripsi dalam Al-Qur’an mengenai tahap-tahap perkembangan embrio sangat akurat. “The Developing Human: Clinically Oriented Embryology” oleh Moore & Persaud juga mencatat keselarasan antara penemuan modern dan nash Al-Qur’an.
4. Makna dan Refleksi Iman
Kesesuaian antara Al-Qur’an dan sains bukan sekadar bukti historis, melainkan:
Tanda kemukjizatan wahyu. Menumbuhkan keyakinan pada keesaan Allah. Menunjukkan bahwa Islam bukan bertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan justru mendahuluinya.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar…”
(QS. Fussilat: 53)
Penutup
Perkembangan janin bukan hanya fenomena biologis, tetapi juga salah satu bentuk keajaiban penciptaan yang harus direnungi. Al-Qur’an dan Hadis telah lebih dulu menjelaskannya sebelum ilmu pengetahuan mencapainya. Maka, tugas kita sebagai umat Islam adalah terus memperdalam ilmu dan menjadikan setiap penciptaan sebagai sarana untuk bertambahnya iman.