Saya Jawab:
Pernyataan dalam gambar tersebut mengandung banyak kekeliruan logika, pemahaman yang salah terhadap Islam, dan prasangka yang tidak berdasar. Berikut penjelasan dari sudut pandang Islam secara tegas dan ilmiah:
1. Nama Nabi Muhammad ﷺ Disebut Sedikit, Apakah Itu Merendahkan?
Fakta:
Nabi Muhammad ﷺ disebut 4 kali secara langsung dalam Al-Qur’an (Muhammad) dan 1 kali sebagai Ahmad (QS. As-Saff: 6). Namun yang terpenting bukan jumlah penyebutan nama, melainkan isi, posisi, dan peran beliau dalam wahyu.
Ayat Terkait:
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.”
(QS. Al-Ahzab: 40)
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: ‘Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu… dan memberi kabar gembira tentang seorang Rasul yang akan datang setelahku, namanya Ahmad.’”
(QS. As-Saff: 6)
Penjelasan:
Al-Qur’an menyebutkan nabi lain dengan tujuan mengoreksi penyimpangan umat terdahulu terhadap nabi-nabi tersebut. Nabi Muhammad ﷺ disebutkan dalam banyak ayat tanpa menyebut nama langsung, seperti dengan istilah: “Rasulullah”, “Nabi”, “Hamba Kami”, “Yang Membacakan Ayat Kami”, dll.
2. Benarkah Islam Menghina Isa Al-Masih?
Fakta:
Islam sangat memuliakan Nabi Isa عليه السلام sebagai nabi besar yang lahir tanpa ayah dari Maryam yang suci, bahkan disebut sebagai salah satu Ulul Azmi.
Ayat Terkait:
“(Ingatlah) ketika malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menggembirakanmu dengan suatu kalimat dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).’”
(QS. Ali Imran: 45)
“Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya, serta apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka.”
(QS. Al-Baqarah: 136)
Kesimpulan:
Islam tidak pernah mengajarkan kebencian terhadap Nabi Isa عليه السلام, justru menyucikannya dari tuduhan Yahudi. Perbedaan ada pada akidah: Islam menolak Trinitas dan kepercayaan bahwa Isa adalah Tuhan, tapi tetap menghormatinya sebagai Nabi.
3. Apakah Islam Menghujat Taurat dan Injil?
Fakta:
Islam mengakui Taurat dan Injil sebagai kitab suci yang asalnya dari Allah, namun telah terdistorsi oleh tangan manusia (tahrif).
Ayat Terkait:
“Sesungguhnya Kami menurunkan Taurat, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya.”
(QS. Al-Ma’idah: 44)
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya dalam membaca kitab supaya kamu mengira bahwa yang dibacanya itu dari kitab, padahal itu bukan dari kitab.”
(QS. Ali Imran: 78)
Dari Injil Sendiri (Perjanjian Baru):
“Sebab akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat… mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”
(2 Timotius 4:3-4)
Kesimpulan:
Islam meluruskan penyimpangan terhadap wahyu sebelumnya, bukan menghujat. Bahkan Al-Qur’an menyebut Nabi Musa dan Nabi Isa dengan penuh hormat.
4. Soal Kejujuran dan “Jangan Makan Babi”?
Fakta:
Kejujuran dalam Islam adalah prinsip akhlak yang tinggi dan tidak ada hubungannya dengan soal makanan. Larangan makan babi bukan soal kejujuran, tapi hukum syariat sebagai bentuk ketaatan.
Ayat Terkait:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 173)
“Celakalah bagi orang-orang yang curang…”
(QS. Al-Muthaffifin: 1)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan:
Menghindari babi adalah bentuk ketaatan kepada hukum, bukan satu-satunya bukti kejujuran. Kejujuran dalam Islam berlaku luas: dalam berdagang, berkata, memberi kesaksian, dan lain-lain.
Catatan Logika:
Menyebut Nabi Isa lebih sering di Al-Qur’an tidak berarti Islam memuliakan Nabi Isa lebih tinggi dari Nabi Muhammad. Justru, penyebutan Isa lebih sering karena menanggapi kesesatan umat sebelumnya yang menuhankan beliau. Nabi Muhammad ﷺ adalah penutup nabi, penyempurna risalah, dan semua wahyu berujung padanya.
Tambahan dari Kitab-Kitab Sebelumnya:
Dari Taurat & Perjanjian Lama:
“Aku akan membangkitkan seorang nabi dari tengah-tengah mereka, seperti engkau (Musa), dan Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya…”
(Ulangan 18:18)
Ini diyakini merujuk kepada Muhammad ﷺ karena:
Bukan dari Bani Israel (melainkan keturunan Ismail). Membawa syariat lengkap seperti Musa.
Dari Injil (Perjanjian Baru):
“Ia akan memberikan kepada kamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.”
(Yohanes 14:16)
Penolong = Paracletos, diterjemahkan sebagai Ahmad oleh Islam (QS. As-Saff: 6).
Penutup Jawaban:
Tuduhan dalam gambar tersebut tidak berdasar, bernada kebencian, dan mengandung kesalahpahaman mendalam terhadap Islam. Sebaliknya, Islam:
Menghormati Isa Al-Masih. Menjunjung kejujuran dalam semua aspek. Menolak menuhankan manusia demi tauhid murni. Mewajibkan pemeluknya mengikuti kebenaran dari Allah secara utuh dan konsisten.