Apa hubungan dupa dgn jin? Benarkah itu tergantung niat dan tujuannya?

3duniaindigo.com

Saya jawab:

Dalam Islam, penggunaan dupa atau kemenyan bisa terkait erat dengan amalan yang mendekati praktik sihir atau perdukunan, jika tidak berhati-hati.

Meskipun ada yang berargumen bahwa semuanya kembali kepada niat, Islam tidak hanya menilai niat, tetapi juga cara (manhaj/syariat). Suatu amal harus benar secara niat dan benar secara tuntunan Rasulullah ﷺ.

🔥 Dupa dalam budaya perdukunan

Rasulullah ﷺ memperingatkan umatnya dari mengikuti cara-cara dukun, termasuk membakar kemenyan untuk memanggil jin.

“Barang siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dupa memang digunakan di berbagai tradisi sebagai media “pengundang roh”, dan dalam dunia sihir/jin, asap dupa bisa menjadi “jalur komunikasi”. Ini dikenal luas di kalangan praktisi supranatural, dan banyak syekh menegaskan bahwa penggunaan dupa sebagai media ibadah adalah bid’ah atau bahkan tasyabbuh (menyerupai) kaum musyrik.

📌 Islam Menjaga Kemurnian Ibadah

Allah telah menyempurnakan agama-Nya. Segala bentuk ibadah harus ada dalilnya, bukan hanya berdasarkan adat atau filosofi.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu…”
(QS. Al-Ma’idah: 3)

🧠 Niat Saja Tidak Cukup

Imam Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:
“Sebuah amal itu tidak diterima kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan benar. Ikhlas itu karena Allah, benar itu sesuai sunnah.”

Jadi:
• Membakar dupa dalam konteks mendekatkan diri kepada Allah tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
• Dalam praktik budaya dan perdukunan, dupa sering dikaitkan dengan jin.
• Niat baik tidak membenarkan cara yang salah.
• Islam mengajarkan untuk beribadah hanya dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

Scroll to Top