1. Dalam Perjanjian Lama (PL), konsep tentang Roh Kudus atau “Roh Tuhan” sering kali dilihat sebagai kekuatan atau roh ilahi yang memberi inspirasi dan kemampuan kepada nabi-nabi dan pemimpin-pemimpin tertentu.
Roh Kudus dalam konteks PL lebih cenderung dilihat sebagai manifestasi dari kekuatan Allah yang aktif bekerja dalam dunia ini, membantu umat Israel dalam berbagai situasi, seperti memberi kebijaksanaan atau pemberdayaan khusus.
Pandangan Yahudi tentang Roh Kudus:
Dalam tradisi Yahudi, Roh Kudus (dalam bahasa Ibrani disebut “Ruach HaKodesh”) biasanya dianggap sebagai manifestasi dari kehadiran Allah yang membawa inspirasi dan kekuatan kepada nabi-nabi atau pemimpin-pemimpin tertentu.
Namun, Roh Kudus dalam pemahaman Yahudi tidak dipandang sebagai pribadi yang terpisah atau sebagai bagian dari Tuhan, seperti dalam konsep Tritunggal dalam Kristen. Yahudi umumnya tidak menerima pandangan bahwa Roh Kudus adalah pribadi atau bagian dari Allah, tetapi lebih sebagai kuasa atau pengaruh Allah yang bekerja dalam dunia ini.
2. Pandangan Islam tentang Roh Kudus:
Dalam Islam, konsep Roh Kudus juga dikenal, dan istilah “Ruh al-Qudus” digunakan untuk merujuk pada Roh Kudus. Dalam ajaran Islam, Ruh al-Qudus adalah malaikat Jibril (Gabriel), yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada para nabi.
Roh Kudus tidak dianggap sebagai entitas yang memiliki sifat ilahi atau bagian dari Allah. Sebaliknya, Islam menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Esa (Tawhid), dan tidak ada bagian atau pribadi lain yang berbagi kekuasaan atau esensi-Nya. Oleh karena itu, konsep Tritunggal dalam Kristen, yang melibatkan Roh Kudus sebagai bagian dari Tuhan, tidak diterima dalam Islam.
Secara keseluruhan, baik dalam Yahudi maupun Islam, konsep Roh Kudus lebih berkaitan dengan kuasa atau manifestasi Allah, tetapi keduanya menolak pandangan bahwa Roh Kudus adalah pribadi yang terpisah atau memiliki peran yang setara dengan Tuhan dalam konteks Tritunggal dalam Kekristenan.
Penjelasan lebih detail:
Dalam Perjanjian Lama (PL) dan Al-Qur’an, konsep Roh Kudus sebagai bagian dari Tuhan atau Tuhan itu sendiri tidak diterima atau didukung secara eksplisit. Konsep ini lebih berkembang dalam ajaran Kristen, tetapi tidak secara jelas terdapat dalam teks-teks ini. Berikut adalah beberapa referensi dari keduanya yang menunjukkan pandangan yang berbeda terkait dengan konsep ini.
- Perjanjian Lama (PL)
Dalam Perjanjian Lama, konsep Roh Kudus lebih sering dipahami sebagai manifestasi kuasa Tuhan yang bekerja dalam dunia, tetapi tidak dianggap sebagai bagian dari Tuhan atau Tuhan itu sendiri. Beberapa referensi yang bisa dilihat dalam PL adalah:
• Keluaran 31:3: “Dan Aku telah memenuhi dia dengan Roh Tuhan, dengan hikmat dan pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan.”
• Yesaya 63:10: “Namun mereka memberontak dan mendukakan Roh-Nya yang Kudus, sehingga Ia menjadi lawan mereka dan berperang melawan mereka.”
Dalam ayat-ayat ini, Roh Kudus dipandang sebagai kekuatan atau kuasa Tuhan yang bekerja pada umat manusia, bukan sebagai pribadi yang terpisah atau bagian dari Tuhan.
- Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, tidak ada ayat yang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah bagian dari Tuhan. Sebaliknya, Al-Qur’an menegaskan bahwa Tuhan (Allah) adalah Maha Tunggal dan tidak ada bagian dari-Nya yang terpisah. Beberapa ayat yang menegaskan hal ini adalah:
• Surah Al-Ikhlas (112:1-4): “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.’”
• Surah Al-Baqarah (2:255): “Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)…”
• Surah Maryam (19:16-20): Di sini, Maryam berbicara tentang kelahiran Isa (Yesus) dan dia menyangkal bahwa Yesus adalah Tuhan atau memiliki hubungan ketuhanan dengan Allah. Dalam ayat ini, Isa dianggap sebagai nabi, bukan Tuhan atau bagian dari Tuhan.
Dalam ayat-ayat ini, penekanan diberikan pada keesaan Tuhan (Tuhan yang Maha Esa), dan tidak ada penjelasan mengenai Roh Kudus sebagai bagian dari Tuhan. Roh Kudus dalam Al-Qur’an sering kali dikaitkan dengan Jibril (Gabriel), yang berfungsi sebagai pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi, bukan sebagai entitas yang terpisah dari Allah.
- Hadits-hadits
Dalam Hadits-hadits, konsep Roh Kudus sebagai bagian dari Tuhan juga tidak ditemukan. Islam mengajarkan bahwa hanya Allah yang Maha Esa, dan tidak ada bagian dari-Nya yang terpisah atau memiliki sifat ketuhanan. Hadits-hadits lebih banyak berbicara tentang wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, yang sering disebut sebagai Roh Kudus dalam beberapa riwayat, tetapi bukan dalam arti bahwa Jibril adalah bagian dari Tuhan.
Kesimpulan
Baik dalam Perjanjian Lama maupun Al-Qur’an, tidak ada dukungan langsung untuk konsep Roh Kudus sebagai bagian dari Tuhan. Dalam kedua kitab tersebut, Tuhan dipandang sebagai Maha Tunggal dan tidak ada entitas lain yang dapat dianggap sebagai bagian dari-Nya.


