
Saya jawab:
1. Al-Qur’an adalah Kitab yang jelas, lengkap, dan mudah dipahami, bukan tergantung penuh pada luar teks.
🔹 Al-Qur’an itu jelas dan terang (mubin):
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.”
(QS. An-Nur: 34)
“Alif laam raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab yang nyata (mubin).”
(QS. Yusuf: 1)
🔹 Al-Qur’an mudah untuk diingat dan dipahami:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
(QS. Al-Qamar: 17, 22, 32, 40)
🔹 Al-Qur’an adalah petunjuk yang lengkap dan sempurna:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu…”
(QS. An-Nahl: 89)
“Tidak Kami tinggalkan sesuatu pun di dalam Kitab ini.”
(QS. Al-An’am: 38)
2. Tafsir dalam Islam bukan berarti Qur’an tidak jelas, tapi bentuk penghormatan terhadap metodologi ilmu.
🔹 Islam mengenal tafsir bil ma’tsur (berdasarkan riwayat Nabi ﷺ dan para sahabat) dan tafsir bil ra’yi (berdasarkan pemahaman yang sesuai kaidah syar’i). Ini memperkuat, bukan melemahkan kejelasan Al-Qur’an.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Barang siapa menafsirkan Al-Qur’an dengan akalnya sendiri (tanpa ilmu), maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya di neraka.”
(HR. Tirmidzi no. 2950)
🔹 Tafsir justru membuktikan keagungan dan kedalaman makna Al-Qur’an, bukan karena Qur’an tidak cukup jelas. Ini seperti ilmu kedokteran: meski tubuh manusia “jelas”, tetap perlu ahli untuk menjelaskan organ dan fungsi secara rinci.
3. Banyak ayat bersifat ringkas karena metodologi Qur’an adalah mujizat balaghah (retoris), bukan kekurangan.
“Seandainya Al-Qur’an ini bukan dari sisi Allah, niscaya mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya.”
(QS. An-Nisa: 82)
🔹 Ketika Al-Qur’an ringkas, itu karena hikmah ilahiyah — agar berlaku untuk semua zaman dan agar manusia berpikir, bertadabbur:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
(QS. Shad: 29)
4. Perbandingan dengan kitab lain (seperti Alkitab) tidak relevan dalam cara menilai kejelasan wahyu.
🔹 Islam tidak menilai kitab suci hanya berdasarkan pendekatan akademik Barat (historis-kritis), tapi berdasarkan sumber ilahi, sanad, dan i’jaz (kemukjizatan).
🔚 Kesimpulan saya jawab:
Klaim bahwa Al-Qur’an “tidak cukup jelas dan tergantung pada tafsir luar teks” adalah keliru dan tidak berdasar. Justru, tafsir adalah bagian dari ilmu dalam Islam untuk memperdalam, bukan menutupi kekurangan. Al-Qur’an adalah kitab yang jelas, sempurna, dan mudah dipahami, sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat di atas.