Apakah Murtadnya Seseorang Membatalkan Kebenaran Islam?

3duniaindigo.com

Apakah Murtadnya Seseorang Membatalkan Kebenaran Islam?

Saya Jawab: Penjelasan dari Sudut Pandang Islam

  1. Murtadnya satu orang tidak bisa dijadikan tolak ukur kebatilan Islam

Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa ada orang-orang yang akan murtad, bahkan di zaman Nabi ﷺ pun itu terjadi. Tapi itu tidak mempengaruhi kebenaran wahyu Allah.

QS. Al-Baqarah: 217

“…Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah orang-orang yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

QS. Ali Imran: 144

“…Jika dia (Muhammad) wafat atau dibunuh, apakah kalian akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak akan membahayakan Allah sedikit pun…”

Ayat ini menjelaskan bahwa kebenaran Islam tidak bergantung pada siapa pun, bahkan Nabi Muhammad ﷺ sendiri. Apalagi jika yang murtad hanyalah satu orang yang tak dikenal luas oleh dunia keilmuan Islam arus utama.

  1. Dalam Islam, keimanan itu pilihan sadar—bukan paksaan

QS. Al-Baqarah: 256

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat…”

QS. Al-Kahfi: 29

“Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman), hendaklah dia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir), biarlah dia kafir…’”

Maka jika seseorang memilih keluar dari Islam, itu adalah pilihan pribadinya, bukan refleksi dari kekurangan ajaran Islam.

  1. Ulama bukan nabi — bisa salah, bisa sesat

Abdullah Al Qasemi — jika benar kisahnya — tidak bisa dijadikan wakil Islam hanya karena ia orang Arab atau mantan ustadz. Dalam sejarah, banyak ahli ilmu yang tergelincir.

QS. Al-A’raf: 175-176
Allah bercerita tentang Bal’am bin Ba’ura, seorang alim yang memiliki ilmu, tapi menjualnya demi dunia, lalu sesat.

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, lalu dia melepaskan diri daripadanya, maka dia diikuti oleh setan lalu jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.”

4. Ateis karena logika? Islam tidak anti akal

Islam mengajarkan untuk menggunakan akal dengan benar, bukan dengan kesombongan intelektual.

QS. Al-Anfal: 22

“Sesungguhnya makhluk yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak mengerti (menggunakan akal).”

QS. Al-Mulk: 10

“Dan mereka berkata, ‘Seandainya dahulu kami mendengarkan atau memikirkan (memakai akal sehat), niscaya kami tidak termasuk penghuni neraka Sa’ir’.”

  1. Islam menjunjung ilmu, tapi bukan logika liar yang menentang wahyu

Nabi ﷺ bersabda:

Hadits Riwayat Abu Dawud (hadits shahih):

“Sebagian dari manusia ada yang membacakan Al-Qur’an dengan suara paling bagus, tapi mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya.”

Maka Islam tidak menilai orang dari lisannya, gelarnya, atau asal negaranya, tapi keteguhan imannya dan ketundukannya pada wahyu.

Jadi? Islam tetap lurus, meski ada yang meninggalkannya

QS. Al-Maidah: 54

“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya…”

Allah tidak butuh kita, tapi kita yang butuh Allah.

Scroll to Top