Pertanyaan 1 : Apa yang dimaksud dengan “Allah SWT pernah berbicara kepada Nabi Musa”?
Jawabannya:
Allah benar-benar berbicara secara langsung kepada Nabi Musa ‘alaihissalam tanpa perantara, dengan cara yang sesuai dengan keagungan Allah SWT, bukan seperti manusia berbicara.
Dalil Al-Qur’an tentang Allah berbicara langsung kepada Nabi Musa:
1. Allah berfirman langsung kepada Nabi Musa:
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًۭا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”
(QS. An-Nisa: 164)
Ayat ini menegaskan bahwa pembicaraan itu benar-benar terjadi, bukan perumpamaan atau lewat mimpi.
2. Ketika Nabi Musa datang ke Gunung Thur (Thursina):
فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِىَ يَـٰمُوسَىٰٓ
“Maka ketika ia datang ke tempat api itu, diserulah: ‘Hai Musa!’”
(QS. Taha: 11)
إِنِّىٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخْلَعْ نَعْلَيْكَ
“Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu.”
(QS. Taha: 12)
Ini adalah momen Nabi Musa menerima wahyu secara langsung dari Allah SWT.
Apa yang membedakan pembicaraan ini?
Allah berbicara dengan suara, tapi tidak menyerupai makhluk. Nabi Musa mendengarnya langsung — tidak lewat malaikat Jibril saat itu. Allah tetap tidak terlihat, hanya suara-Nya yang didengar Nabi Musa. Ini adalah kehormatan khusus untuk Nabi Musa, sehingga beliau mendapat gelar: “Kalimullah” — orang yang diajak bicara langsung oleh Allah.
Pentingnya hal ini dalam akidah Islam:
Dalam kitab Aqidah Ahlus Sunnah, peristiwa ini digunakan untuk menunjukkan bahwa Allah berbicara, karena sifat “kalam” adalah salah satu sifat Allah SWT.
“Allah berbicara dengan siapa yang Dia kehendaki di antara para rasul-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 253)
Namun, penting dipahami juga:
Allah tidak bersuara seperti makhluk, dan Suara Allah tidak bisa disamakan dengan suara ciptaan-Nya.
“Laysa kamitslihi syai’un” — Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya
(QS. Asy-Syura: 11)
Kesimpulan:
Allah benar-benar berbicara langsung kepada Nabi Musa. Ini terjadi di Gunung Thur (Thursina) saat Nabi Musa melihat api dan mendekatinya. Ini adalah kalamullah haqiqi (nyata dan langsung), bukan mimpi, bukan simbolik, bukan perumpamaan. Nabi Musa pun digelari Kalimullah sebagai kehormatan khusus.
===========================
Pertanyaan 2 : Tunggu, bukannya Allah SWT tidak akan menampakkan diri karena manusia tidak akan mampu melihat Nya?
Dan bagaimana cara berbicara nya?
Benarkah Allah SWT tidak menampakkan Diri kepada manusia karena manusia tidak akan mampu melihat-Nya?
Jawabnya : BENAR.
Manusia tidak akan mampu melihat Allah di dunia, karena kemampuan fisik manusia terbatas.
DALIL QUR’AN:
قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَـٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ
“(Allah) berfirman: ‘Kamu tidak akan sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah gunung itu, jika ia tetap di tempatnya, maka kamu akan dapat melihat-Ku.’”
(QS. Al-A’raf: 143)
Ketika Allah menampakkan sedikit dari cahaya-Nya kepada gunung, gunung itu hancur lebur, dan Musa pun jatuh pingsan.
فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّۭا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًۭا
“Maka ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, Dia menjadikannya hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.”
Jadi?
Melihat Allah secara langsung di dunia adalah mustahil. Tetapi mendengar suara-Nya langsung adalah mungkin dan terjadi, seperti kepada Nabi Musa.
Lalu bagaimana cara Allah berbicara kepada Nabi Musa?
Jawaban: Allah berbicara langsung (kalam) kepada Nabi Musa dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya.
Bukan seperti manusia berbicara. Tidak melalui Jibril. Nabi Musa mendengarnya langsung.
DALIL LENGKAPNYA:
1. Allah berbicara dengan suara yang terdengar
2. Allah berbicara langsung kepada Musa:
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًۭا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung.”
(QS. An-Nisa: 164)
Dalam bahasa Arab, pengulangan kata “takliman” menegaskan bahwa ini bukan simbolik, tapi benar-benar berbicara secara langsung.
Hadits Shahih:
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak layak bagi-Nya untuk tidur… Hijab-Nya adalah cahaya. Jika Dia menyingkapkannya, maka cahaya wajah-Nya akan membakar semua makhluk yang dilihat oleh pandangan-Nya.”
(HR. Muslim, no. 179)
Ini menunjukkan bahwa Allah tidak terlihat, tetapi bisa berbicara dengan suara yang bisa didengar tanpa memperlihatkan Dzat-Nya.
Jadi?
Allah SWT tidak menampakkan Diri-Nya kepada Nabi Musa, karena manusia tidak mampu melihat-Nya di dunia. Namun, Allah benar-benar berbicara langsung kepada Nabi Musa, dengan suara, tanpa perantara, dan tanpa menyerupai suara makhluk. Hal ini adalah keistimewaan khusus Nabi Musa, sehingga beliau disebut Kalimullah (orang yang Allah ajak bicara langsung). Di akhirat, kaum mukminin akan dapat melihat Allah, sebagaimana disebut dalam QS. Yunus: 26 dan hadits sahih riwayat Bukhari-Muslim
===========================
Pertanyaan 3 : Lantas apa bedanya dengan paulus yang mengaku ada suara tuhan yesus yang berbicara padanya pada saat dalam perjalanan di damaskus?
Apakah ada saksi saat Tuhan berbicara pada nabi musa, dan apa bedanya dengan saksi yang melihat kejadian di damaskus
Jawaban :
Allah SWT Memang Berbicara Langsung kepada Nabi Musa AS
Allah SWT menyatakan langsung dalam Al-Qur’an:
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya…”
(QS. Al-A’raf: 143)
“Dan telah Kami panggil Musa dari sebelah kanan Gunung, dan Kami dekatkan dia untuk bercakap-cakap.”
(QS. Maryam: 52)
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung (kalâm).”
(QS. An-Nisa: 164)
🔹 Nabi Musa AS disebut “Kalimullah” (yang diajak bicara langsung oleh Allah).
Bagaimana Allah SWT Berbicara kepada Musa?
Bukan dengan menampakkan Diri secara fisik (karena Allah tidak menyerupai makhluk, QS. Ash-Syura: 11), tetapi melalui suara yang diciptakan-Nya dari balik pohon di Bukit Thur (Sinai).
“Maka tatkala ia datang ke tempat api itu, diserulah ia: ‘Wahai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.’”
(QS. Thaha: 11–12)
Suara itu ciptaan Allah, bukan berarti Allah bertempat pada pohon itu. Ini berbeda dengan Yesus yang diyakini kaum Kristen sebagai Tuhan yang menjelma fisik.
Adakah saksi saat Allah berbicara kepada Musa?
Ada!
Kaum Bani Israil sendiri mendengar suara Allah SWT saat Nabi Musa menerima wahyu.
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu… dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjianmu dan Kami angkat gunung di atasmu: Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu…”
(QS. Al-Baqarah: 63–64)
Dan dalam ayat lain:
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat gunung (Sinai) di atas mereka, seolah-olah ia adalah naungan, dan mereka yakin bahwa itu pasti akan jatuh menimpa mereka.”
(QS. Al-A’raf: 171)
Bahkan mereka meminta untuk melihat Allah, namun mereka disambar petir dan mati, lalu Allah hidupkan kembali (QS. Al-Baqarah: 55–56).
Artinya: kaum Nabi Musa menyaksikan peristiwa agung tersebut, dan Nabi Musa tidak sendiri.
Klaim Paulus dalam Perjanjian Baru: Tidak Konsisten dan Tidak Didukung Saksi yang Jelas
Klaim Paulus:
Paulus mengaku mendengar suara Yesus saat perjalanan ke Damaskus:
“… tiba-tiba cahaya dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?’”
(Kisah Para Rasul 9:3–4)
Masalah besar dalam kisah Paulus:
1. Versi Berbeda:
Dalam Kisah Para Rasul 9:7, orang-orang bersama Paulus mendengar suara tetapi tidak melihat apa-apa. Tapi dalam Kisah Para Rasul 22:9, mereka melihat cahaya tetapi tidak mendengar suara.
Ini kontradiktif!
Mana yang benar? Mereka mendengar atau tidak?
2. Tidak ada saksi yang mendengar secara jelas atau mendukung kerasulan Paulus.
Bahkan murid-murid Yesus awalnya menolak Paulus karena mereka tidak percaya bahwa ia benar-benar melihat Yesus (Kisah Para Rasul 9:26).
Ini menunjukkan keraguan dari umat awal Kristen sendiri terhadap klaim Paulus.
Apa kata Perjanjian Lama (Taurat) tentang berbicara langsung dengan Tuhan?
“Ketika TUHAN telah selesai berbicara dengan Musa di atas Gunung Sinai, Ia memberikan kepada Musa dua loh hukum, loh batu yang ditulisi oleh jari Allah.”
(Keluaran 31:18)
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dari dalam Kemah Pertemuan…”
(Imamat 1:1)
Ini sejalan dengan Al-Qur’an, bahwa Musa benar-benar berbicara dengan Allah, dan wahyu disampaikan secara langsung.
Dalam Islam, Allah SWT Nyata (Wujud) tetapi tidak sama dengan makhluk-Nya. Dia bisa berbicara kepada siapa pun yang Dia kehendaki dengan cara yang sesuai dengan kemuliaan-Nya.
Sebaliknya, klaim pribadi tanpa saksi dan tanpa konsistensi, seperti dalam kasus Paulus, bukan bukti kerasulan, melainkan justru mencurigakan.