Atheis : Kesombongan Logika dan Ilusi Kepastian

3duniaindigo.com

Kesombongan Logika dan Ilusi Kepastian

“Saya tidak percaya Tuhan, karena menurut logika saya, Tuhan tidak ada.”

Kalimat ini sering kita dengar dari sebagian kaum ateis, yang merasa pemikirannya adalah hasil olahan logika rasional dan mandiri.

Tapi mari kita bedah secara jujur:

Apakah logika itu benar-benar mandiri? Ataukah ia hanya hasil dari proses yang sangat terbatas?

🧠 Flow: INPUT → PROCESS → OUTPUT

INPUT: Kita manusia tidak berpikir di ruang hampa. Setiap kesimpulan berasal dari input: informasi, pengalaman hidup, pendidikan, trauma, bacaan, video, lingkungan sosial.

PROCESS: Informasi ini diproses dalam otak melalui sudut pandang, mindset, logika, dan emosi. Sama seperti komputer yang memproses data dengan prosesor. Maka otak manusia adalah prosesornya.

Tapi pertanyaannya: Seberapa hebat “prosesor” Anda? Apakah i3, i5, atau i9?


Bahkan otak jenius seperti Albert Einstein pernah berkata: “Saya merasa hanya menggunakan 30% dari kapasitas otak saya.”


Jadi jika Einstein yang jenius mengakui keterbatasannya, lalu bagaimana dengan kita — yang bukan Einstein?

OUTPUT: Akhirnya muncullah “kesimpulan” (misalnya: tidak percaya Tuhan). Tapi kesimpulan itu bukan hasil dari kebenaran mutlak, melainkan dari proses yang bisa salah dan input yang bisa keliru.

📚 3 Level Pengetahuan Manusia

Menurut filsafat pengetahuan, manusia hidup dalam tiga lapis kesadaran:

1. Manusia tahu apa yang dia tahu — Contoh: Saya tahu cara membaca, saya tahu bumi bulat.

2. Manusia tahu apa yang dia tidak tahu — Contoh: Saya tahu saya belum tahu bagaimana cara kerja otak sepenuhnya.

3. Manusia tidak tahu bahwa dia tidak tahu — Inilah yang berbahaya. Banyak orang — termasuk ateis — terjebak di level ini. Mereka menyimpulkan sesuatu sebagai “tidak ada” hanya karena mereka belum tahu atau tidak mampu memahaminya.

“Ketidaktahuan yang tidak disadari adalah bentuk kebodohan paling berbahaya.”

🔄 Ibarat Komputer Buta Data

Seorang ateis seperti komputer yang diberi sedikit data, lalu diproses oleh prosesor terbatas, dan tiba-tiba menyimpulkan:

“Karena saya tidak bisa membaca file Tuhan, maka Tuhan tidak ada.”

Padahal:

Mungkin datanya belum masuk (input minim) Mungkin prosesor otaknya terbatas (bias, trauma, ego, iq terbatas)

Mungkin software logikanya salah versi (sudut pandang materialistik)

🌌 Kesimpulan: Kesadaran akan Ketidaktahuan Adalah Kunci Kebenaran

Albert Einstein menyatakan dengan rendah hati bahwa:

“Semakin aku belajar, semakin aku menyadari bahwa aku tidak tahu apa-apa.”

Orang beriman menyadari keterbatasan dirinya. Sementara orang yang terlalu percaya pada logika sendiri bisa jatuh dalam kesombongan intelektual, padahal logikanya lahir dari proses yang sempit.

💡 Penutup

Jadi, bukan Tuhan yang belum ada bukti,

tapi mungkin logika Anda belum mampu mengolah bukti yang tersembunyi.

Scroll to Top