
Pendahuluan
Salah satu misteri terbesar dalam ilmu pengetahuan, filsafat, dan spiritualitas adalah asal-usul kesadaran dan akal manusia. Bahkan di era modern dengan kemajuan neurosains dan teknologi, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami bagaimana kesadaran muncul dari materi fisik. Pertanyaan mendasar pun muncul:
Jika tidak ada Tuhan sebagai Pencipta, maka dari mana datangnya kesadaran dan akal yang tidak terlihat namun nyata keberadaannya?
1. Kesadaran: Fenomena Tak Terjamah Sains Murni
Kesadaran (consciousness) adalah kemampuan untuk menyadari diri sendiri dan lingkungan. Kita berpikir, merasa, mencintai, bersyukur, bahkan mempertanyakan eksistensi diri.
Masalah bagi Ateisme:
Jika alam semesta hanya hasil dari materi acak tanpa tujuan, bagaimana mungkin materi tak bernyawa seperti karbon, hidrogen, dan oksigen bisa menghasilkan “kesadaran”? Ini disebut sebagai “hard problem of consciousness” oleh filsuf David Chalmers.
Fakta Sains: Hingga hari ini, tidak ada ilmuwan yang mampu menjelaskan secara ilmiah bagaimana kesadaran muncul dari proses biologis otak.
2. Akal: Sumber Logika dan Moralitas
Akal adalah kemampuan untuk berpikir rasional, mengambil keputusan, dan memahami makna. Dengan akal, manusia membedakan baik-buruk, benar-salah, bahkan menolak kekacauan logika.
Jika manusia hanya produk evolusi acak, mengapa kita memiliki kemampuan logika, nalar, dan moralitas? Proses acak seharusnya menghasilkan makhluk survival-driven, bukan makhluk moral dan berakal tinggi.
3. Perspektif Al-Qur’an: Akal dan Kesadaran adalah Amanah dari Allah
Islam menegaskan bahwa akal dan kesadaran adalah pemberian langsung dari Allah, bukan hasil kebetulan materialistik.
Al-Qur’an:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, lalu Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (akal pikiran) agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl: 78)
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
(QS. Ar-Rum: 21)
4. Hadits: Akal adalah Cahaya
Walau tidak ditampilkan dalam infografis, banyak hadits yang menjelaskan fungsi akal sebagai cahaya pembeda kebenaran dan kebatilan, serta alat untuk mengenal Tuhan.
5. Sudut Pandang Ilmiah: Kesadaran Tidak Bisa Direduksi ke Materi
Penelitian menunjukkan bahwa:
Neurologi belum bisa menemukan “lokasi pasti kesadaran” dalam otak. Aktivitas otak memang terjadi saat berpikir, tapi aktivitas itu bukanlah kesadaran itu sendiri. Penelitian oleh NASA dan lembaga lain mulai mempertimbangkan eksistensi inteligensi non-material dalam eksplorasi kecerdasan buatan dan luar angkasa.
Contoh Ilmiah:
Penelitian kuantum seperti pada Efek Observer dalam eksperimen double-slit menunjukkan bahwa kesadaran pengamat memengaruhi realitas fisik. Ini mengarah pada dugaan bahwa kesadaran bukan produk materi, tapi justru mendahului materi.
6. Filsafat dan Logika: Mustahil dari “Nothing” Tercipta “Mind”
Filsuf-filsuf besar, seperti:
Rene Descartes: “Aku berpikir, maka aku ada.” – Menunjukkan kesadaran adalah dasar eksistensi. Immanuel Kant: Menegaskan bahwa akal manusia memiliki sumber transendental. Al-Ghazali dan Ibn Sina: Menyatakan bahwa akal manusia adalah pantulan dari akal ilahi yang bersumber dari Tuhan.
7. Penutup: Hanya Tuhan yang Layak Menjadi Sumber Kesadaran dan Akal
Jika kita jujur menelaah, kesadaran dan akal manusia tidak bisa dijelaskan dengan mekanisme material semata. Tidak ada hukum fisika yang menjelaskan “cinta”, “kesedihan”, “rasa ingin tahu” – semua itu muncul dari sesuatu yang lebih tinggi dari materi.
Maka logis dan rasional jika kita menyimpulkan:
Kesadaran dan akal adalah ciptaan dari Zat Yang Maha Mengetahui, yaitu Allah.