
Saya Jawab:
1. Islam Tidak Mendasarkan Kebenaran Hanya pada Penglihatan
Dalam Islam, kebenaran tidak harus disaksikan oleh mata kepala sendiri. Banyak hal gaib dan peristiwa masa lalu yang disampaikan melalui wahyu ilahi yang jauh lebih terpercaya daripada spekulasi manusia.
Surat Al-Baqarah ayat 2–3:
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib…”
Allah menyuruh kita beriman kepada hal-hal gaib, termasuk awal penciptaan, yang diberitakan melalui wahyu, bukan sekadar persepsi indrawi.
2. Al-Qur’an Menjelaskan Awal Penciptaan Secara Ilahiah
Al-Qur’an jelas menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, bahkan dari “asap” atau dukhan sebagai tahap awal penciptaan kosmos:
📖 Surat Fushshilat ayat 11:
“Kemudian Dia menuju kepada langit, dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ‘Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.’…”
Dalam ayat ini, langit dalam wujud asap (dukhan) menunjukkan fase awal penciptaan semesta — sebuah bentuk materi gas panas yang ilmuwan modern sebut mirip nebula kosmik.
3. Mengenai Ayat: ‘Bukankah kamu dahulu mati?’
Ayat yang dimaksud dalam gambar adalah:
Surat Al-Baqarah ayat 28:
“Bagaimana kamu bisa kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”
Ayat ini bukan berbicara soal awal penciptaan langit, tetapi tentang proses hidup-mati manusia. Yaitu:
Pertama: Kita tidak ada (mati) Lalu Allah hidupkan di dunia Kemudian wafat Lalu dibangkitkan kembali
Kesimpulan: Klaim bahwa ayat ini menjawab soal “karena tidak melihat awal penciptaan maka itu tidak sahih” adalah penggunaan ayat yang tidak kontekstual dan menyesatkan.