Benarkah Al-Quran hanyalah Karangan Muhammad SAW, saduran dari kitab agama lain dan telah berubah dari naskah aslinya?
Al-Qur’an memiliki beberapa keistimewaan yang menunjukkan bahwa ia bukan hasil karangan Nabi Muhammad SAW, melainkan wahyu dari Allah SWT. satu2nya Tuhan pencipta dan pengatur alam semesta.
Bahkan beberapa keistimewaan Al-Quran yang menjadikannya tidak mungkin diubah sedikitpun apalagi palsukan.
- Jaminan Allah atas Keasliannya
Allah SWT sendiri telah berjanji untuk menjaga keaslian Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang akan menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Sejak diturunkan lebih dari 1400 tahun lalu, Al-Qur’an tetap utuh tanpa perubahan, tidak seperti kitab-kitab sebelumnya yang telah mengalami penyimpangan atau revisi.
- Mukjizat dari Segi Bahasa dan Sastra
Al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang luar biasa, yang bahkan para ahli bahasa Arab tidak mampu menandingi. Tantangan untuk membuat satu surah saja yang setara dengan Al-Qur’an telah diberikan, tetapi tidak ada yang mampu melakukannya:
“Dan jika kamu ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah yang semisal dengan (Al-Qur’an) itu…” (QS. Al-Baqarah: 23)
- Konsistensi dan Ketiadaan Kontradiksi
Al-Qur’an memiliki keselarasan yang sempurna meskipun diturunkan dalam rentang waktu 23 tahun. Jika itu adalah karangan manusia, pasti akan ada pertentangan dalam isinya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisa’: 82)
- Berisi Ilmu Pengetahuan yang Baru Terbukti
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengandung fakta ilmiah yang baru bisa dibuktikan di era modern, seperti perkembangan embrio (QS. Al-Mu’minun: 12-14), siklus air (QS. Az-Zumar: 21), dan ekspansi alam semesta (QS. Adz-Dzariyat: 47). Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan berasal dari manusia biasa, melainkan dari Allah Yang Maha Mengetahui.
- Keindahan dan Kedalaman Makna
Setiap ayat Al-Qur’an memiliki makna yang dalam dan bisa ditafsirkan sesuai konteks zaman tanpa kehilangan keasliannya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah karya manusia biasa, melainkan wahyu Ilahi.
- Hafalan Jutaan Manusia
Sejak zaman Nabi hingga sekarang, jutaan Muslim menghafal Al-Qur’an secara utuh. Jika seandainya semua mushaf Al-Qur’an di dunia dihancurkan, isinya tetap dapat dikembalikan dengan sempurna melalui hafalan para penghafalnya (huffazh). Ini adalah keistimewaan yang tidak dimiliki kitab lain.
Al-Qur’an tidak meniru atau menjiplak kitab agama lain. Tuduhan tersebut sering muncul dari kesalahpahaman atau asumsi bahwa karena ada kesamaan cerita dan konsep dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya, maka Al-Qur’an dianggap sebagai hasil tiruan. Namun, ada beberapa alasan kuat yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu asli dari Allah SWT, bukan hasil plagiarisme:
- Al-Qur’an sendiri menegaskan sebagai Wahyu Langsung dari Allah
Allah SWT menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, bukan hasil karangan manusia:
“Dan tidaklah Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan. Tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” (QS. Yunus: 37)
- Memperbaiki Distorsi dalam Kitab Sebelumnya
Al-Qur’an tidak hanya mengulang kisah-kisah dari kitab sebelumnya, tetapi juga meluruskan penyimpangan atau perubahan yang telah terjadi. Contohnya:
Kisah Nabi Isa (Yesus) dalam Al-Qur’an menegaskan bahwa beliau hanyalah seorang nabi, bukan Tuhan atau anak Tuhan, berbeda dari versi dalam Kristen.
Kisah Nabi Musa dalam Taurat mengalami banyak perubahan dari segi teologi, sedangkan Al-Qur’an mengembalikannya kepada narasi yang murni dan lurus.
- Gaya Bahasa dan Struktur yang Unik
Al-Qur’an memiliki struktur dan gaya bahasa yang tidak ditemukan dalam kitab sebelumnya. Jika Al-Qur’an hanya menjiplak, maka susunannya akan mirip dengan Taurat atau Injil, tetapi faktanya Al-Qur’an memiliki keindahan sastra yang tidak bisa ditiru.
- Nabi Muhammad SAW Tidak Bisa Membaca atau Menulis
Nabi Muhammad SAW adalah seorang ummi (tidak bisa membaca dan menulis). Jika beliau meniru kitab sebelumnya, bagaimana mungkin beliau bisa mengakses, memahami, dan menyusun ulang teks-teks dari kitab Yahudi dan Nasrani?
“Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab sebelum (Al-Qur’an) ini, dan tidak (pula) menulisnya dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.” (QS. Al-Ankabut: 48)
- Perbedaan Isi dengan Kitab Sebelumnya
Jika Al-Qur’an hanya menjiplak, seharusnya isinya sama dengan kitab sebelumnya. Namun, ada banyak perbedaan besar, termasuk:
Konsep tauhid dalam Islam jauh lebih murni dibanding konsep ketuhanan dalam agama lain.
Hukum dalam Al-Qur’an lebih sempurna dan lebih sesuai dengan fitrah manusia.
Tidak ada kontradiksi atau perubahan dalam Al-Qur’an, sementara kitab-kitab sebelumnya mengalami banyak revisi dan versi yang berbeda.
Keiseimewaan lain adalah pola matematis unik dalam penyusunannya,
Keunikan matematis dalam Al-Qur’an yang telah menarik perhatian banyak ilmuwan dan peneliti.
Beberapa pola angka dalam Al-Qur’an menunjukkan keistimewaan luar biasa yang tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Berikut beberapa contohnya:
- Keajaiban Angka 19
Allah berfirman dalam QS. Al-Muddatstsir: 30:
“Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).”
Beberapa pola unik terkait angka 19 dalam Al-Qur’an:
Kata “Ismullah” (اسم الله) (Nama Allah) dalam Basmalah terdiri dari 19 huruf.
Basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) memiliki 19 huruf Arab.
Al-Qur’an memiliki 114 surah (19 × 6).
Kata “wahdah” (وَحْدَهُ) yang berarti “sendiri” atau “Esa” muncul 19 kali dalam Al-Qur’an.
- Kesamaan Jumlah Kata dalam Al-Qur’an
Beberapa kata dalam Al-Qur’an memiliki jumlah yang seimbang secara luar biasa, seperti:
Dunia (الدنيا) dan Akhirat (الآخرة): Masing-masing disebut 115 kali.
Malaikat (الملائكة) dan Setan (الشيطان): Masing-masing disebut 88 kali.
Hidup (الحياة) dan Mati (الموت): Masing-masing disebut 145 kali.
Laki-laki (رجل) dan Perempuan (امرأة): Masing-masing disebut 24 kali.
Shalat (الصلاة) dan Zakat (الزكاة): Masing-masing disebut 5 kali (menunjukkan kewajiban shalat 5 waktu).
- Keajaiban dalam Pola Ayat dan Surah
Surah Al-Baqarah adalah surah terpanjang dalam Al-Qur’an dengan 286 ayat, dan ayat tengahnya (ayat ke-143) berbicara tentang umat yang adil dan seimbang (ummatan wasathan).
Surah Al-Kahfi (18) berada di tengah-tengah Al-Qur’an, dan berbicara tentang keajaiban angka dalam kisah Ashabul Kahfi.
- Keseimbangan Kata Berlawanan
Al-Qur’an juga memiliki keseimbangan matematis dalam kata-kata yang memiliki makna berlawanan, misalnya:
Manfaat (نفع) dan Kerugian (ضرر): Masing-masing 50 kali.
Setan (شيطان) dan Malaikat (ملك): Masing-masing 88 kali.
Musibah (مصيبة) dan Syukur (شكر): Masing-masing 75 kali.
Kesimpulan
Al-Qur’an bukanlah hasil karangan Nabi Muhammad SAW, melainkan wahyu dari Allah SWT. Keasliannya dijaga langsung oleh Allah, memiliki mukjizat dalam bahasa dan ilmu pengetahuan, tidak ada kontradiksi, serta dihafalkan oleh jutaan umat Islam. Semua ini menjadikannya kitab suci yang tidak mungkin dipalsukan atau diubah.
Kesimpulan
Al-Qur’an bukanlah hasil tiruan atau jiplakan dari kitab lain. Justru, ia membenarkan dan menyempurnakan ajaran wahyu sebelumnya yang telah mengalami perubahan. Dengan keunikan bahasa, konsistensi ajaran, serta ketidaktergantungan pada kitab lain, Al-Qur’an membuktikan dirinya sebagai wahyu asli dari Allah SWT.
Keunikan matematis dalam Al-Qur’an menunjukkan kesempurnaan susunan wahyu Allah SWT. Pola angka, keseimbangan kata, serta keteraturan sistematis dalam jumlah ayat dan surah membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan hasil buatan manusia, melainkan wahyu dari Allah yang terjaga hingga akhir zaman.