Benarkah Al-Qur’an Pernah Direvisi Sejak Zaman Nabi?
Saya Jawab: Apakah Al-Qur’an Diedit atau Direvisi?
1. Al-Qur’an Adalah Wahyu Ilahi yang Dijaga oleh Allah
Allah SWT secara tegas menyatakan bahwa Al-Qur’an akan dijaga keasliannya oleh-Nya sendiri:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS Al-Hijr: 9)
Ayat ini menjadi jaminan bahwa proses kodifikasi dan standardisasi tidak mengubah isi wahyu, melainkan merupakan bagian dari mekanisme penjagaan ilahi (divine preservation).
2. Pengumpulan Mushaf Bukan Revisi, Tetapi Penjagaan
Masa Abu Bakar:
Proses pengumpulan yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Abu Bakar bukanlah proses “redaksi”, tetapi pengumpulan dari sumber-sumber otentik yang valid, yaitu hafalan para sahabat dan tulisan-tulisan pada media zaman itu.
Rasulullah bersabda:
“Ambillah Al-Qur’an dari empat orang: dari Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab.”
(HR. Bukhari 3806)
Zaid bin Tsabit sebagai juru tulis wahyu juga dikenal sangat teliti dan hanya mencatat ayat yang sudah dikonfirmasi oleh dua saksi (hafalan + tulisan).
Masa Utsman bin Affan:
Standarisasi bacaan Quraisy adalah untuk mencegah perpecahan, karena qira’at yang berbeda disebabkan perbedaan logat dan dialek, bukan isi.
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
“Utsman bin Affan memerintahkan pengumpulan Al-Qur’an agar tidak terjadi perpecahan karena perbedaan bacaan.”
(HR. Bukhari 4987)
Yang dibakar bukan Al-Qur’an dengan isi berbeda, tetapi salinan yang tidak sesuai dengan qira’at resmi Nabi SAW yang berasal dari dialek Quraisy, sebagaimana Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi.
3. Qira’at yang Beragam adalah Bagian dari Wahyu
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan tujuh huruf (qira’at), maka bacalah apa yang mudah bagimu.”
(HR. Bukhari 4991)
Qira’at adalah bagian dari kemudahan dalam membaca, dan semua qira’at sahih berasal dari Rasulullah melalui jalur mutawatir.
Qira’at Hafs ‘an ‘Asim hanyalah satu di antara qira’at sahih yang disepakati dan bukan hasil revisi, tetapi pilihan untuk kemudahan dan standardisasi cetak di Mesir tahun 1924, tanpa mengubah satu huruf pun dari wahyu Allah.
Perbandingan dengan Kitab Lain (Taurat & Injil):
Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut bahwa Taurat dan Injil telah diubah oleh tangan manusia:
“Karena mereka telah mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan kepada mereka…”
(QS Al-Ma’idah: 13)
“Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu mengatakan: ‘Ini dari Allah’.”
(QS Al-Baqarah: 79)
Artinya: Kitab terdahulu mengalami perubahan oleh manusia, sementara Al-Qur’an dipelihara oleh Allah langsung.
Dukungan dari Kitab-Kitab Sebelumnya:
Dalam Perjanjian Lama dan Baru, juga terdapat isyarat bahwa wahyu terakhir akan dijaga:
Yesaya 40:8
“Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Tuhan kita tetap untuk selama-lamanya.”
Matius 5:18
“Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: selama belum lenyap langit dan bumi, satu iota pun atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat…”
Ayat-ayat ini sejalan dengan semangat pelestarian firman Tuhan, yang diwujudkan sempurna hanya dalam penjagaan Al-Qur’an.
Jadi?:
Tidak Benar Bahwa Al-Qur’an Direvisi
✔️ Yang terjadi adalah pengumpulan dan standardisasi untuk menjaga orisinalitas wahyu, bukan perubahan isi.
✔️ Qira’at yang sahih bukan bentuk revisi, tapi bagian dari cara bacaan yang diajarkan oleh Nabi.
✔️ Cetakan resmi hanyalah format cetak modern, bukan pengubahan isi.
✔️ Tidak seperti kitab sebelumnya yang berubah karena ulah manusia, Al-Qur’an terjaga keasliannya dengan jaminan Allah.