Godaan Setan Terhadap Adam dan Hawa: Bukti Kelemahan Manusia Bukan Hanya Soal Aurat
Saya jawab:
Tulisan di atas adalah bentuk kesalahpahaman yang serius terhadap makna ayat dalam Al-Qur’an, dan merupakan upaya menyesatkan yang tidak hanya menyerang ajaran Islam, tetapi juga menyederhanakan makna kisah Nabi Adam ‘alaihis salam dan istrinya Hawa secara dangkal dan keliru.
Penjelasan Berdasarkan Sudut Pandang Islam:
Ayat yang dimaksud dalam gambar adalah Surah Al-A’raf ayat 27:
يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا
“Wahai anak cucu Adam! Jangan sampai kamu diperdaya oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang tuamu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya…”
(QS. Al-A’raf: 27)
Ayat ini bukan berarti setan “menggoda suami istri agar saling membuka aurat”, tetapi setan menggoda mereka untuk melanggar perintah Allah, yang akibatnya Allah cabut pakaian penutup aurat mereka sebagai hukuman atas pelanggaran itu.
Penekanan Kesalahan dalam Narasi Fitnah di Gambar:
Konteksnya bukan hubungan suami istri, tapi pembangkangan terhadap Allah. Adam dan Hawa bukan membuka aurat karena ingin, tetapi karena Allah mencabut pakaian mereka sebagai konsekuensi dosa (makan buah terlarang) akibat godaan setan. Ini simbol kehinaan setelah melanggar perintah, bukan soal hubungan pernikahan. Setan menggoda manusia bukan soal status pernikahan, tapi untuk membuat manusia melanggar perintah Allah. Bahkan suami istri bisa terjerumus dalam dosa jika mengikuti langkah-langkah setan. Oleh karena itu, peringatan ini berlaku universal. Aurat tidak semata-mata hanya urusan fisik, tapi juga kehormatan dan ketaatan terhadap perintah Allah.
Hadits Terkait:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setan berjalan dalam aliran darah anak Adam sebagaimana darah itu mengalir.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan bahwa setan bisa menggoda siapa pun — bahkan nabi dan istrinya — agar jatuh ke dalam kesalahan. Tapi mereka bertaubat, dan itulah pelajaran bagi kita.
Penjelasan Ulama:
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini:
“Ketika Adam dan Hawa memakan buah dari pohon terlarang, terlepaslah pakaian surga mereka, sehingga tampak aurat keduanya. Lalu mereka menutupi diri mereka dengan daun-daun surga.”
Jadi, tidak ada kontradiksi antara pernikahan dan peringatan untuk tidak terjerumus dalam godaan setan.
Dukungan dari Kitab Suci Sebelumnya (Perjanjian Lama):
Dalam Kitab Kejadian 3:6-7 (Perjanjian Lama):
“Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan… Ia mengambil dari buahnya dan memakannya, lalu memberikannya juga kepada suaminya… Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.”
Narasi Injil pun mendukung Al-Qur’an, bahwa terlepasnya pakaian terjadi bukan karena perintah membuka aurat, tetapi akibat melanggar larangan Allah.
Jadi :
Narasi di gambar adalah fitnah logika dangkal yang gagal memahami konteks ayat dan tafsirnya. Dalam Islam, godaan setan tidak pandang bulu, bahkan kepada orang beriman dan suami istri — bukan soal membuka aurat karena nafsu, tapi karena pelanggaran terhadap Allah. Kisah ini adalah pelajaran moral, bukan dongeng. Bahkan kitab-kitab sebelumnya menceritakan hal serupa.