Imam-Imam Qirā’ah Tujuh yang Masyhur
Di antara berbagai macam cara baca Al-Qur’an yang bersumber dari Rasulullah ﷺ, para ulama qira’ah menyepakati ada tujuh qirā’ah utama yang mencapai derajat mutawātir (diriwayatkan oleh banyak sanad yang mustahil bersepakat dalam kebohongan). Setiap bacaan memiliki seorang imam qira’ah sebagai pusat sanadnya, lalu diriwayatkan lagi oleh para murid utamanya yang disebut perawi.
Berikut tujuh imam qira’ah tersebut:
1) Imam Nafi’ Al-Madani – tinggal di Madinah dan wafat tahun 169 H. Bacaan beliau paling banyak tersebar di Afrika Utara melalui dua murid perawinya: Warsh dan Qalun. Misalnya mushaf Maroko menggunakan bacaan Warsh.
2) Imam Ibn Katsir Al-Makki – ahli qira’ah dari kota Makkah (wafat 120 H). Bacaan beliau diriwayatkan oleh Al-Bazzi dan Qunbul. Dulu populer di Hijaz dan Yaman.
3) Imam Abu ‘Amr Al-Bashri – asal Basrah, Iraq (wafat 154 H). Bacaan beliau disebarkan oleh muridnya Ad-Duri dan As-Susi.
4) Imam Ibn ‘Amir Asy-Syami – qari’ besar dari Syam (Damaskus), wafat 118 H. Perawinya yang terkenal adalah Hisyam dan Ibnu Dzakwan.
5) Imam ‘Ashim Al-Kufi – menetap di Kufah (Iraq), wafat 127 H. Ini bacaan yang paling banyak digunakan di dunia Muslim modern, melalui murid perawinya yang terkenal Hafsh bin Sulaiman. Inilah bacaan Hafsh ‘an ‘Ashim yang kita pakai di Indonesia, Arab Saudi, Mesir, Turki, dsb.
6) Imam Hamzah Al-Kufi – juga dari Kufah, wafat 156 H. Perawi terkenalnya adalah Khalaf dan Khalad.
7) Imam Al-Kisāi’ (Kufi) – ahli bahasa dan qira’ah, wafat 189 H. Yang meriwayatkan bacaannya adalah Ad-Duri dan Abu Al-Harits.
Semua bacaan ini sah, mutawatir, dan berasal dari Rasulullah ﷺ, hanya berbeda cara pengucapan atau pengpilihan kata pada ayat-ayat yang memang memungkinkan perbedaan (seringkali masih dalam rasm Utsmani yang sama).