
Perbedaan di Jawa dengan dupa yang digunakan di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi terletak pada konteks budaya, tujuan penggunaan, serta nilai spiritualnya.
- Kemenyan di Jawa
• Konteks Budaya: Kemenyan digunakan dalam tradisi spiritual dan adat, seperti upacara kejawen, ritual pemanggilan roh leluhur, sesajen, atau penyucian tempat.
• Tujuan: Menghadirkan suasana sakral, mengundang kekuatan gaib, atau sebagai sarana meditatif dan penghormatan leluhur.
• Jenis: Umumnya menggunakan jenis resin seperti Styrax (getah dari pohon kemenyan), dibakar langsung di bara.
• Persepsi Sosial: Sering dianggap mistik atau terkait praktik kepercayaan tradisional (kejawen, animisme, sinkretisme Islam-Jawa). - Dupa (oud/bukhur) di Masjidil Haram/Madinah
• Konteks Religius: Digunakan untuk menyucikan udara, menciptakan keharuman di masjid, terutama di tempat suci seperti Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
• Tujuan: Memberikan kenyamanan spiritual, menyambut tamu Allah (jamaah), dan menunjukkan kemuliaan tempat ibadah.
• Jenis: Biasanya berupa oud (gaharu), amber, atau campuran rempah-rempah, dibakar dalam alat khusus (mabkhara).
• Persepsi Sosial: Dipandang sebagai bentuk adab dan penghormatan dalam ibadah, serta bagian dari sunnah Nabi ﷺ (beliau menyukai wangi-wangian, termasuk bakhoor/oud).
Kesimpulan:
Meskipun secara fisik sama-sama membakar resin aromatik, manfaat dan makna kemenyan di Jawa lebih bersifat budaya-spiritual lokal dan bisa bersinggungan dengan mistisisme, sedangkan dupa/oud di Masjidil Haram atau Madinah bersifat religius, bersih dari unsur mistik, dan digunakan untuk kesucian dan kenyamanan dalam beribadah
Jenis Dupa (Bukhur) yang Umum Digunakan di Masjidil Haram & Masjid Nabawi
- Oud (عود) – Gaharu
• Asal: Kayu dari pohon Aquilaria atau Gyrinops, biasanya dari India, Kamboja, Vietnam, atau Bangladesh.
• Ciri: Aroma yang sangat harum, hangat, dan tahan lama, sering dianggap sebagai aroma paling mewah dalam Islam.
• Penggunaan:
• Digunakan untuk mengharumkan Karpet Masjidil Haram, pintu-pintu Ka’bah, dan pakaian Imam.
• Dibakar menggunakan alat khusus yang disebut mabkhara (مبخرة).
• Harga: Oud berkualitas tinggi bisa mencapai ribuan dolar per kilogram (terutama jenis oud Assam atau oud Kambodi). - Luban (اللبان) – Kemenyan Arab / Frankincense
• Asal: Getah dari pohon Boswellia, banyak ditemukan di Oman, Yaman, dan Somalia.
• Ciri: Aroma resinous, citrusy, sangat ringan tapi khas.
• Penggunaan:
• Dibakar dalam jumlah kecil untuk membersihkan udara dan memberi aroma lembut di sekitar masjid.
• Kadang dicampur dengan oud atau minyak mawar. - Amber (العنبر) – Ambergris
• Asal: Zat yang dihasilkan oleh paus sperma, umumnya ditemukan di laut dan diproses sebagai bahan parfum.
• Ciri: Aroma hangat, manis, dan eksotis. Sering dijadikan campuran parfum atau dupa padat.
• Penggunaan:
• Biasanya dicampur dengan oud untuk membuat dupa bakhoor khusus dalam perayaan besar atau musim haji. - Bakhoor (بخور) – Campuran Parfum Padat
• Isi: Campuran dari oud bubuk, minyak mawar, amber, musk, dan resin lainnya.
• Bentuk: Batangan, kepingan, atau bubuk yang dikompres.
• Penggunaan:
• Sangat umum digunakan di rumah orang Arab, toko parfum, dan juga masjid-masjid besar seperti Masjid Nabawi.
• Disiapkan dalam acara penyambutan tamu agung atau pemimpin agama.
🕌 Bagaimana Dibakar di Masjidil Haram dan Nabawi?
• Menggunakan alat bernama مبخرة (Mabkhara) – alat pembakar dupa dari logam atau keramik.
• Arang panas diletakkan di dalam mabkhara, lalu ditaburkan oud/bukhoor di atasnya.
• Dupa ini dibawa oleh petugas kebersihan atau pelayan masjid untuk disebarkan ke ruangan tertentu — area imam, mihrab, dan karpet jamaah penting.
🧴 Sunnah Nabi Muhammad ﷺ tentang Wewangian
• Rasulullah ﷺ menyukai wangi-wangian, terutama misk (musk) dan oud.
• Hadis riwayat Muslim:
“Dianjurkan menyemprotkan parfum pada hari Jumat” (HR. Muslim).
• Dalam hadis lain, disebutkan Ka’bah juga pernah diolesi minyak wangi sebagai bentuk penghormatan.