

Manusia hidup dalam dua dimensi realitas: alam nyata (fizikal) dan alam ghaib (metafizikal). Islam menegaskan keberadaan alam ghaib sebagai sesuatu yang benar adanya, meski tidak dapat dijangkau oleh pancaindra manusia. Di sisi lain, kemajuan ilmu fisika kuantum dalam abad ke-20 membuka tabir bahwa alam semesta ini jauh lebih kompleks, misterius, dan tidak sesederhana yang terlihat.
Apakah mungkin ada koneksifitas antara dunia ghaib dan dunia nyata? Dan bagaimana fisika kuantum bisa memberi pencerahan atas konsep ini?
✦ 1. Alam Ghaib dalam Islam
Dalam bahasa Arab, ghaib (غيب) berarti “yang tidak terlihat”. Islam menyebut banyak elemen dari alam ini sebagai bagian dari ghaib:
Allah: Zat yang Maha Ghaib (QS. Al-Hadid: 3) Malaikat: Makhluk yang tidak kasat mata (QS. Fatir: 1) Jin: Hidup berdampingan namun tersembunyi (QS. Al-A’raf: 27) Sihir dan Santet: Fenomena nyata namun tidak dijelaskan mekanismenya secara fisik (QS. Al-Baqarah: 102) Doa dan Takdir: Mekanisme perubahan yang ghaib tapi nyata hasilnya.
“(Dialah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.”
(QS. Al-Jin: 26)
✦ 2. Konsep “WiFi Universal”: Metafora Alam Ghaib
Jika kita memandang dunia modern, WiFi adalah sinyal tak terlihat namun menghubungkan seluruh dunia secara real-time.
Alam ghaib, jika dianalogikan sebagai “WiFi universal”, memiliki sifat:

✦ 3. Quantum Entanglement: Mekanisme dari Alam Ghaib?
Fisika kuantum telah menunjukkan bahwa partikel bisa terhubung secara misterius melalui entanglement — sebuah keadaan di mana dua partikel tetap “terhubung” meskipun terpisah jarak jauh. Ketika satu partikel berubah, partikel lain langsung merespons.
◉ Mirip dengan:
Doa yang dikabulkan dari kejauhan. Santet yang berdampak meskipun tanpa sentuhan fisik. Malaikat yang “turun” membantu orang beriman.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. An-Nahl: 128)
Seolah-olah, iman dan takwa menjadi penguat “sinyal spiritual” yang mempercepat koneksi dengan alam ghaib.
✦ 4. Hadits dan Ayat tentang Koneksitas Ghaib
Doa dikabulkan walau tidak terdengar: “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan: doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang teraniaya, dan doa musafir.” (HR. Abu Dawud) Rasulullah menerima wahyu dari dimensi lain: QS. An-Najm: 4 – “Itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” Malaikat mengatur urusan manusia: QS. Ar-Ra’d: 11 – “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat penjaga di hadapan dan di belakangnya.”

✦ 6. Alam Ghaib dan Kesadaran Kuantum
Beberapa fisikawan seperti Roger Penrose atau Henry Stapp mengusulkan bahwa kesadaran manusia itu sendiri bekerja secara kuantum — sesuatu yang membuka kemungkinan bahwa jiwa dan kesadaran terhubung dengan dimensi lebih tinggi, bukan sekadar aktivitas otak.
Maka ketika seorang muslim khusyuk dalam doa, tafakur, atau zikir — bisa jadi ia sedang mengakses sinyal-sinyal dari “server alam ghaib” melalui “frekuensi kesadaran”.
✦ Kesimpulan: Perlukah Ilmu untuk Percaya?
Fisika kuantum tidak membuktikan secara langsung keberadaan alam ghaib. Namun, ia memberi ruang intelektual dan filosofis bahwa realitas tak hanya terbatas pada yang terlihat.
Dalam Islam, iman kepada yang ghaib adalah pilar utama (QS. Al-Baqarah: 3). Maka, sains bukanlah alat untuk membuktikan Tuhan atau malaikat, melainkan sarana untuk semakin tunduk akan kebesaran dan keluasan ciptaan-Nya.
✦ Penutup
Alam ghaib bukanlah khayalan, melainkan bagian integral dari ciptaan Allah yang belum sepenuhnya bisa diakses oleh alat ukur manusia. Namun melalui analogi modern seperti WiFi dan konsep entanglement, kita mendapatkan pemahaman bahwa keterhubungan lintas ruang dan waktu adalah mungkin — bahkan sangat ilmiah.
“Dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan sedikit.”
(QS. Al-Isra’: 85)