Menjaga Kemurnian Al-Qur’an dari Masa Utsman hingga Sekarang
(1) Perbedaan Qirā’āt dan Rasm Utsmani
Agar tidak bingung, kita perlu membedakan dua istilah yang sering disangka sama:


Jadi: rasm itu tulisan bakunya, sedang qirā’āt adalah gaya bacaan yang masih bisa beda sedikit *namun tetap mengikuti tulisan baku rasm Utsmani dan datang dari Nabi ﷺ melalui sanad yang sahih.
Contoh perbedaan qirā’āt:
-Surat Al-Fatihah ayat 4 ditulis “مـٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ”
Dibaca “Mālik” (pemilik) dalam Qira’ah Hafsh
Dibaca “Malik” (raja) dalam Qira’ah Warsh
-Keduanya ditulis sama dalam rasm, dan maknanya tetap benar mengacu ke Allah ﷻ.
(2) Bagaimana Mushaf Utsmani Dijaga Hingga Sekarang?
Setelah standarisasi dilakukan oleh Khalifah Utsman, mushaf hasil salinan ini dikirim ke berbagai wilayah pusat Islam seperti:
-Madinah
-Makkah
-Syam
-Kufah
-Basrah
-Yaman
-beberapa riwayat menyebut juga ke Bahrain
Setiap mushaf tersebut disertai Qari’ resmi yang merupakan ahli Qur’an, untuk mengajarkan cara membaca yang benar secara tawāruts (turun-temurun).
Mekanisme penjagaannya:
1) Sanad Hafalan (Lisan): Para ulama Qurra’ (penghafal dan pengajar qira’ah) mewariskan bacaan dengan sanad hafalan guru-murid sampai ke Rasulullah ﷺ. Inilah yang dijaga lembaga seperti Dārul Qur’ān, Al-Azhar, Ma’had Qira’āt, dsb.
2) Salinan Mushaf (Tulisan): Mushaf Utsmani terus disalin ulang dengan tetap menjaga rasm-nya, mengikuti aturan penulisan klasik (tanpa menambah huruf maupun mengurangi satu huruf pun).
3) Harakat dan Titik (penambahan bantu baca): Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan (Umayyah), harakat (fathah, kasrah, dhammah) dan titik diperkenalkan oleh Abu Al-Aswad Ad-Du’ali dan Nashr bin ‘Ashim untuk membantu Muslim non-Arab membaca tanpa mengubah rasm Utsmani asli.
4) Kontrol Ulama Mushtahib (penyalin mushaf): Penulisan mushaf terkini seperti Mushaf Madinah (komite Masjid Nabawi), Mushaf Indonesia (LIPIA – Kemenag), semua harus lolos tashih (pengecekan) ulama qira’ah internasional.
Hasilnya?
Al-Qur’an yang kita baca sekarang – baik di Indonesia, Makkah, Afrika, Turki, maupun Pakistan – semuanya bersumber dari Mushaf Utsman dengan satu rasm baku, hanya mungkin berbeda cara baca (qirā’ah), harakat tambahan, atau jenis font mushaf-nya.
Tapi huruf-huruf asli wahyu tidak pernah berubah satu pun sejak diturunkan 1.400 tahun lalu.