Pendahuluan
Pandangan yang menyebutkan bahwa orang jahat ketika beragama bisa semakin jahat, karena agama dijadikan saluran pembenaran. Bahkan disebutkan, dengan mengatasnamakan Tuhan, seseorang dapat melakukan kekerasan atau pembunuhan terhadap yang berbeda keyakinan dan tetap dianggap mulia oleh komunitasnya.
Saya jawab dari sudut pandang Islam — lengkap dengan dalil Al-Qur’an, hadits Nabi Muhammad ﷺ, dan juga referensi dari kitab sebelumnya serta sudut pandang ilmiah.
1. Pemahaman yang Salah tentang “Agama Membenarkan Kekerasan”
Islam dengan tegas melarang kekerasan dan pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah, apapun agamanya.
Al-Qur’an menegaskan:
“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia…”
(QS. Al-Ma’idah: 32)
Ayat ini jelas menyatakan bahwa pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan adalah dosa besar yang setara dengan membunuh seluruh umat manusia.
Hadits Nabi ﷺ:
“Seorang mukmin masih dalam ruang lingkup agamanya selama ia tidak menumpahkan darah yang haram.”
(HR. Bukhari, Muslim)
2. Konsep Masuk Surga Tidak Semudah Mengatasnamakan Tuhan
Islam tidak mengajarkan bahwa sekadar menyebut nama Allah sambil melakukan dosa besar akan menjamin surga. Bahkan, orang yang mengatasnamakan agama untuk kejahatan bisa masuk neraka paling dalam.
Al-Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang yang membunuh orang-orang beriman dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahannam, kekal di dalamnya…”
(QS. An-Nisa: 93)
Hadits:
“Orang yang memerangi kaum Muslimin dan membunuh mereka, padahal mereka tidak melakukan kesalahan, tidak akan mencium bau surga.”
(HR. Bukhari)
3. Orang Baik Tanpa Agama vs. Orang Baik dengan Agama
Pernyataan “orang baik tanpa agama tetap baik” mengabaikan fungsi agama sebagai panduan moral absolut.
Tanpa agama, standar baik dan buruk relatif — berbeda-beda menurut budaya, waktu, atau kepentingan. Dengan agama, ada standar moral tetap yang melampaui zaman dan budaya.
Al-Qur’an:
“Dan Kami turunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran, membenarkan kitab-kitab sebelumnya, dan sebagai ukuran (mizan) untuk menilai…”
(QS. Al-Ma’idah: 48)
Bahkan dalam Perjanjian Baru:
“Jangan kamu membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi lakukanlah apa yang baik bagi semua orang.”
(Roma 12:17)
4. Fenomena Ilmiah: Kejahatan Bukan dari Agama, tapi dari Penyalahgunaan Agama
Penelitian sosial dan psikologi moral menunjukkan:
Agama secara umum menurunkan tingkat kriminalitas, terutama kejahatan berat, karena membentuk kesadaran moral dan rasa takut pada hukuman akhirat. Kejahatan atas nama agama terjadi bukan karena ajaran agama itu sendiri, tetapi karena interpretasi salah, fanatisme buta, atau kepentingan politik.
Referensi:
Johnson, B.R., et al. “Religiosity and Crime: The Evidence.” Social Science Journal, 2000. Pew Research Center, 2019: Negara-negara dengan tingkat religiusitas tinggi cenderung memiliki jaringan sosial dan kepedulian komunitas yang lebih kuat.
5. Jadi?
Islam tidak pernah membenarkan pembunuhan terhadap orang tak bersalah. Orang yang memanipulasi agama untuk kejahatan bukanlah representasi ajaran agama itu sendiri. Agama memberikan moral absolut yang tidak berubah sesuai zaman, sementara tanpa agama moral menjadi relatif. Ilmu pengetahuan pun membuktikan bahwa secara umum agama menekan perilaku kriminal.