Panduan Mendidik Anak Agar Cinta Ibadah: Teladan Nabi Muhammad ﷺ dalam Membentuk Anak yang Taat

3duniaindigo.com

Panduan Mendidik Anak Agar Cinta Ibadah: Teladan Nabi Muhammad ﷺ dalam Membentuk Anak yang Taat

Pendahuluan

Membesarkan anak dalam Islam bukan hanya soal memenuhi kebutuhan fisik dan pendidikan formal, tetapi juga menyemai iman dan cinta kepada ibadah sejak dini. Sayangnya, banyak orang tua hanya fokus menyuruh anak untuk shalat atau mengaji, tanpa memahami pendekatan yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

Padahal, Nabi Muhammad ﷺ telah memberikan teladan luar biasa tentang bagaimana mendidik anak agar mencintai ibadah, bukan sekadar melaksanakannya karena takut atau terpaksa. Artikel ini akan mengupas cara-cara yang tepat dan lembut dalam mendidik anak berdasarkan hadits, ayat Al-Qur’an, dan pengalaman para sahabat.

1. Apakah Boleh Membentak Anak Agar Beribadah?

Jawabannya adalah: Tidak dianjurkan. Dalam Al-Qur’an, Allah bahkan melarang membentak anak yatim:

“Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”

(QS. Ad-Dhuha: 9)

Nabi Muhammad ﷺ dikenal sangat lembut kepada anak-anak. Bahkan ketika seorang anak kecil kencing di pangkuannya, beliau tidak marah atau membentak, melainkan hanya tersenyum dan membasuh pakaiannya (HR. Bukhari).

Jika untuk masalah yang besar pun Nabi bersikap lembut, apalagi dalam urusan mendidik ibadah. Maka, pendekatan paling tepat adalah dengan kasih sayang, pengulangan yang sabar, dan keteladanan langsung.

2. Kapan Boleh Memuji Anak Jika Ada Perkembangan dalam Ibadah?

Segera dan tepat waktu. Nabi ﷺ sering memuji perbuatan baik para sahabat, termasuk anak-anak. Dalam Islam, memotivasi kebaikan itu sangat dianjurkan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu bersyukur untuk yang besar.”

(HR. Ahmad)

Contoh Praktis:

Anak mulai ikut wudhu sendiri → “MasyaAllah, Allah sayang banget sama kamu!” Anak mulai hafal doa pendek → “Hebat! Doamu sudah seperti Rasulullah.”

Tapi ingat: hindari pujian berlebihan agar tidak menjadikan anak sombong atau hanya ingin dipuji.

3. Apakah Boleh Menghukum Anak Jika Tidak Menjalankan Ibadah Sunnah?

Tidak boleh. Ibadah sunnah tidak diwajibkan, maka tidak ada sanksi untuk meninggalkannya. Justru anak perlu dikenalkan dengan keutamaan-keutamaan ibadah sunnah seperti:

Puasa Senin-Kamis Salat Dhuha Membaca Al-Qur’an

Dan semua itu dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan penuh cerita inspiratif, bukan dengan ancaman atau bentakan.

4. Kapan Waktu yang Tepat untuk Menasehati Anak tentang Ibadah?

Islam telah mengatur tahapannya dengan sangat jelas. Dalam hadits:

“Perintahkan anak-anakmu untuk melaksanakan shalat saat mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan) jika mereka tidak mengerjakannya pada usia 10 tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka.”

(HR. Abu Dawud)

5. Kapan Waktu yang Tidak Dianjurkan untuk Memarahi Anak?

Dalam Islam, waktu memarahi sangat diperhatikan karena dapat berdampak pada psikologis anak.

Hindari memarahi anak saat:

Bangun tidur: karena otak belum stabil. Menjelang tidur: bisa terbawa mimpi dan trauma bawah sadar. Saat makan: bisa merusak selera makan dan hubungan emosional. Saat sedang sakit: karena anak dalam kondisi lemah, butuh dukungan bukan tekanan. Di depan orang lain: karena bisa merusak rasa percaya diri.

Lebih baik menasihati anak di waktu tenang dan pribadi, serta gunakan pendekatan dialog atau cerita kisah teladan dari Nabi.

Kesimpulan: Cintakan Anak kepada Allah, Bukan Takutkan

Membentuk anak agar rajin beribadah bukanlah hasil dari bentakan atau paksaan, tetapi dari proses penanaman nilai yang konsisten, lembut, dan penuh kasih. Nabi Muhammad ﷺ menunjukkan bahwa cinta lebih kuat daripada rasa takut dalam membentuk kepribadian anak.

Penutup

Mari kita teladani Rasulullah ﷺ dalam mendidik anak-anak kita — dengan kasih sayang, keteladanan, dan kesabaran. Dengan begitu, mereka tidak hanya akan menjalankan ibadah, tapi mencintainya. Dan di situlah letak keberhasilan sejati dalam pendidikan Islam.

Semoga Allah menjadikan anak-anak kita sebagai qurrota a’yun — penyejuk mata — dan pemimpin orang-orang bertakwa.

(QS. Al-Furqan: 74)

Scroll to Top