
🟢 Saya Jawab:
1. Islam tidak keliru menafsir istilah ‘Anak Allah’ atau ‘Inkarnasi’, karena Islam mendudukkan semua konsep dengan tauhid yang murni.
🔹 Al-Qur’an sangat tegas menolak konsep ‘Anak Tuhan’ dalam arti biologis atau inkarnatif.
“Dia (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”
(QS. Al-Ikhlas: 3)
“Mereka berkata: ‘Allah mempunyai anak.’ Maha Suci Allah! Dia adalah Yang Maha Kaya…”
(QS. Yunus: 68)
2. Islam memahami hakikat Yesus (Isa as) sesuai wahyu, bukan sekadar sejarah spekulatif.
🔹 Islam mengakui Yesus (Isa al-Masih) sebagai nabi besar, bukan Tuhan atau anak Tuhan.
“Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya…”
(QS. An-Nisa: 171)
🔹 Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya… maka dia akan masuk surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Islam tidak menilai dari ‘kacamata abad ke-7’, tapi dari wahyu yang universal dan abadi.
🔹 Al-Qur’an berlaku sepanjang zaman:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu…”
(QS. An-Nahl: 89)
“Tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakang; diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
(QS. Fussilat: 42)
4. Islam juga menghargai pendekatan sejarah dan filologi, bahkan tafsir klasik Islam penuh kajian sanad dan bahasa.
🔹 Ilmu tafsir dalam Islam mencakup:
Tafsir bil Ma’tsur (dengan riwayat sahih) Tafsir bil Ra’yi (dengan metode linguistik, qawa’id, dan kontekstual)
Contoh hadits:
“Barangsiapa menafsirkan Al-Qur’an dengan akalnya sendiri tanpa ilmu, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.”
(HR. Tirmidzi)
5. Narasi keselamatan dalam Islam adalah amal saleh + iman, bukan penebusan dosa oleh orang lain.
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
(QS. Al-Muddatsir: 38)
“Dan tidak akan memikul seseorang dosa orang lain.”
(QS. Al-Isra’: 15)
🟦 Kesimpulan:
Pemahaman Islam terhadap wahyu sebelumnya bukan kekeliruan, melainkan pelurusan terhadap penyimpangan yang telah terjadi. Islam tidak mendasarkan pemahaman pada pendapat manusia abad ke-7, melainkan pada wahyu langsung dari Allah yang dijaga dan disampaikan oleh Nabi Muhammad ﷺ.