“Pemahaman Kontekstual Hadits ‘Aku Diperintahkan Memerangi Mereka’: Menjawab Tuduhan Kekerasan dalam Islam”
Saya jawab:
Hadits yang berbunyi:
“Umirtu biqitāli an-nās ḥattā yaqūlū lā ilāha illallāh…”
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: ‘Lā ilāha illallāh’ (Tiada Tuhan selain Allah)…”
(HR. Tirmidzi no. 2533; juga diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim dengan redaksi mirip)
Hadits ini sering disalahpahami atau sengaja digunakan oleh pihak tertentu untuk menuduh Islam sebagai agama yang menyebarkan kekerasan. Padahal, jika dikaji secara utuh dan mendalam dari sudut pandang Islam, hadits ini tidak bisa dipahami secara lepas dari konteks, sebab, syarat, dan penjelasan ulama.
- Konteks Historis Hadits
Hadits ini turun di masa awal dakwah Islam yang penuh dengan kekejaman, penindasan, dan pengusiran terhadap umat Islam oleh kaum musyrikin Quraisy. Nabi ﷺ tidak langsung menggunakan kekuatan, namun berdakwah dengan damai selama 13 tahun di Makkah, sebelum akhirnya terpaksa mengangkat senjata untuk membela diri dan agama.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang mendukung pendekatan damai:
• Surah An-Nahl 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…”
• Surah Al-Baqarah 190:
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Artinya: perang hanya dibenarkan dalam Islam sebagai pembelaan diri, bukan agresi.
- Makna Kata “Manusia” dalam Hadits
Dalam hadits tersebut digunakan kata “an-nās” (manusia), tapi para ulama seperti Imam Nawawi dan Ibnu Hajar menjelaskan bahwa kata ini dalam konteksnya merujuk kepada:
• Kaum musyrikin Arab yang memerangi dan memusuhi Islam secara terang-terangan.
• Bukan berarti seluruh umat manusia, apalagi non-Muslim secara umum.
- Hadits Lain yang Menjelaskan Tujuan Perang
Nabi Muhammad ﷺ tidak memaksa orang masuk Islam. Lihat hadits lain:
• “Barangsiapa membunuh orang kafir mu’ahid (non-Muslim yang terikat perjanjian damai), maka ia tidak akan mencium bau surga.”
(HR. Bukhari no. 3166)
• “Siapa yang menyakiti dzimmi (non-Muslim yang hidup damai di negeri Islam), maka aku akan menjadi lawannya pada hari kiamat.”
(HR. Abu Dawud)
- Ayat Al-Qur’an tentang Kebebasan Beragama
• Surah Al-Baqarah 256:
“Tidak ada paksaan dalam agama…”
• Surah Al-Kahfi 29:
“Kebenaran itu datang dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir…”
Jadi?
Hadits “Aku diperintahkan memerangi mereka…” bukanlah seruan kekerasan tanpa alasan, melainkan:
Seruan pembelaan terhadap kaum Muslimin dari kezaliman.
Berlaku pada kondisi tertentu (perang terbuka melawan penindasan).
Tidak berlaku pada ahlul kitab atau non-Muslim damai.
Tidak bertentangan dengan prinsip Islam yang menjunjung tinggi keadilan, kebebasan beragama, dan perdamaian.