Tuduhan bahwa Nabi Muhammad ﷺ ikut ritual jahiliyah dengan thawaf dan mencium Hajar Aswad seperti kaum Quraisy terdahulu

3duniaindigo.com

Tuduhan bahwa Nabi Muhammad ﷺ ikut ritual jahiliyah dengan thawaf dan mencium Hajar Aswad seperti kaum Quraisy terdahulu

Saya jawab:

Tuduhan ini sangat salah kaprah dan menyesatkan, karena tidak memahami perbedaan antara ritual jahiliyah yang disyirikkan dan ritual tauhid yang disyariatkan dalam Islam.

Saya bahas secara adil dan jelas:

A. Thawaf dan mencium Hajar Aswad bukan praktik syirik

✔️ Thawaf di Ka’bah dan mencium Hajar Aswad sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, jauh sebelum kaum Quraisy melakukan kesyirikan.

“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf…”
(QS. Al-Hajj: 26)

✔️ Nabi Muhammad ﷺ tidak mengajarkan mencium Hajar Aswad sebagai bentuk penyembahan, tetapi sebagai penghormatan terhadap sunnah Nabi Ibrahim dan simbol tauhid.

B. Umar bin Khattab pun menjelaskan filosofi mencium Hajar Aswad

Umar bin Khattab berkata saat mencium Hajar Aswad:

“Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau hanyalah sebuah batu, tidak bisa memberi manfaat ataupun mudarat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah ﷺ menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”
(HR. Bukhari no. 1597, Muslim no. 1270)

✅ Artinya: tidak ada unsur menyembah batu. Ini hanya penghormatan terhadap simbol ibadah, bukan ritual jahiliyah.

C. Nabi tidak mengikuti ritual kaum Quraisy, tapi menyucikan Ka’bah dari kesyirikan

✔️ Setelah Fathu Makkah, Nabi membersihkan Ka’bah dari semua patung, termasuk berhala-berhala Quraisy.

“Lalu Rasulullah memerintahkan agar semua berhala yang ada di sekitar Ka’bah dihancurkan, dan beliau membaca: ‘Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.’ (QS. Al-Isra: 81).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

✅ Jadi, Nabi ﷺ tidak mempertahankan ritual jahiliyah, tetapi membersihkan dan mengembalikan Ka’bah ke ajaran tauhid Nabi Ibrahim.

✅ Kesimpulan:

🔹 Mencium Hajar Aswad dan thawaf bukanlah syirik, tapi ibadah tauhid yang bersumber dari Nabi Ibrahim.
🔹 Nabi ﷺ tidak mengikuti ritual Quraisy, justru menghancurkan kesyirikan mereka.
🔹 Tuduhan ini muncul karena tidak membedakan antara simbol dalam ibadah Islam dan berhala dalam kesyirikan.

Penjelasan lebih Detail :

  1. TENTANG KECAMAN TERHADAP PERILAKU “MENCIUM, MEMUTARI, MELEMPAR, BERDIRI DI BATU”

Ini bukan penyembahan batu, tapi ibadah simbolik penuh makna dan mengikuti Nabi.

a. Mencium Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad adalah sunnah Nabi Muhammad SAW, bukan penyembahan batu.

Umar bin Khattab berkata:
“Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu hanyalah sebuah batu. Jika bukan karena aku melihat Rasulullah SAW menciummu, aku tidak akan menciummu.”
(HR. Bukhari no. 1597, HR. Muslim no. 1270)

Artinya: mencium batu itu bukan karena disembah, melainkan mengikuti teladan Nabi, bukan bentuk syirik.

b. Mengelilingi Ka’bah (Thawaf)

Mengelilingi Ka’bah adalah ritual ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT, bukan menyembah bangunan.

“Dan sucikanlah rumah-Ku (Ka’bah) untuk orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah, yang rukuk dan sujud.”
(QS. Al-Hajj: 26)

Ka’bah adalah kiblat, bukan berhala. Semua Muslim menghadapnya karena perintah Allah, bukan menyembah bangunannya.

c. Melempar Jumrah (batu)

Melempar jumrah adalah simbol penolakan terhadap godaan setan, sesuai kisah Nabi Ibrahim AS.

Rasulullah SAW bersabda:
“Kalian melempar (jumrah) bukan karena melempar batu, tetapi karena mengikuti manasik dan mengusir setan.”
(HR. Ahmad dan Al-Hakim, shahih)

d. Berdiri di atas batu

Ini merujuk pada tempat Maqam Ibrahim, bukan disembah, tapi sebagai pengingat sejarah ketaatan Nabi Ibrahim AS saat membangun Ka’bah.

“… dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.”
(QS. Al-Baqarah: 125)

Scroll to Top